B

Terbaru

7/recent/ticker-posts

“Jampe Buhun, Laku Kamanusaan” Adalah Tema Upacara Ngertakeun Bumi Lamba, Minggu 25 Juni 2023



Bandung, Sundapos.com - menerima siaran pers dari Panggelar Ngertakeun Bumi Lamba, sebagai penyelenggara Upacara adat budaya warisan leluhur bangsa Ngertakeun Bumi Lamba, adapun isi dari siaran pers tersebut, sebagai berikut:

Di kutip dari media online , Kepada Saudara saudaraku Se-Nusantara, yang masih berpegang dan menjalankan tatacara budaya sakral leluhurnya, seperti setiap tahun yang selalu kita lakukan bersama tanpa batas perbedaan keyakinan, tatacara, suku, agama, ras dan adat istiadat. Tahun ini kami mengundang dan berharap kehadiran perwakilan adat budaya untuk melakukan upacara adat budaya sakral leluhur bangsa bersama sama di Gunung Tangkuban Parahu, Bandung, Jawa Barat. 25 Juni 2023, Pk 08:30 wib – selesai. Untuk keterangan dan konfirmasi lanjutan, hubungi nomor WA penyelenggara: 081220208229 

Sekapur Sirih

Melalui naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian, leluhur mengajak kita untuk mengingat Ngertakeun Bumi Lamba sebagai jalan kehidupan. Ngertakeun Bumi Lamba secara harafiah berarti mensejahterakan bumi tempat kita tinggal, dari lingkup terkecil yaitu lingkungan sekitar, sampai lingkup terbesar yaitu alam semesta. Ini adalah tugas yang tertanam pada kita, manusia, sebagai makhluk yang terlahir dengan akal budi dan kesadaran bahwa kehidupan akan terjaga jika bumi tetap sejahtera. Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sendiri diadakan untuk merayakan jalan hidup tersebut.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba diadakan berlandaskan siklus “pergerakan Matahari”, yaitu saat matahari sedang berada di sisi utara dan mulai bergerak menuju ke selatan. Hari yang dipilih adalah hari minggu atau disebut radite atau sunday atau hari matahari. Ini mengingatkan bahwa kehidupan manusia terikat dengan keberadaan matahari, asal dari sumber panas inti bumi, penyebab ibu bumi melahirkan kehidupan, menjadi pedoman waktu dan petunjuk alami yang menuntun dalam pertanian, juga menjadi sumber energi semua makhluk hidup di bumi.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba juga menghubungkan kita kepada sosok tertua yang mengantarkan kehidupan yaitu gunung. Mengingatkan kita untuk merasakan dan melihat secara emosional dan spiritual gunung selayaknya orang tua, leluhur yang paling tua dari semua eksistensi kehidupan di bumi. Gunung menghasilkan air, udara bersih, tanah subur, dan mengantar api dari inti bumi mendekat ke permukaan, sehingga memungkinkan terjadinya kehidupan yang terpelihara di muka bumi.

Sekapur Sirih

Melalui naskah Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian, leluhur mengajak kita untuk mengingat Ngertakeun Bumi Lamba sebagai jalan kehidupan. Ngertakeun Bumi Lamba secara harafiah berarti mensejahterakan bumi tempat kita tinggal, dari lingkup terkecil yaitu lingkungan sekitar, sampai lingkup terbesar yaitu alam semesta. Ini adalah tugas yang tertanam pada kita, manusia, sebagai makhluk yang terlahir dengan akal budi dan kesadaran bahwa kehidupan akan terjaga jika bumi tetap sejahtera. Upacara Ngertakeun Bumi Lamba sendiri diadakan untuk merayakan jalan hidup tersebut.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba diadakan berlandaskan siklus “pergerakan Matahari”, yaitu saat matahari sedang berada di sisi utara dan mulai bergerak menuju ke selatan. Hari yang dipilih adalah hari minggu atau disebut radite atau sunday atau hari matahari. Ini mengingatkan bahwa kehidupan manusia terikat dengan keberadaan matahari, asal dari sumber panas inti bumi, penyebab ibu bumi melahirkan kehidupan, menjadi pedoman waktu dan petunjuk alami yang menuntun dalam pertanian, juga menjadi sumber energi semua makhluk hidup di bumi.

Upacara Ngertakeun Bumi Lamba juga menghubungkan kita kepada sosok tertua yang mengantarkan kehidupan yaitu gunung. Mengingatkan kita untuk merasakan dan melihat secara emosional dan spiritual gunung selayaknya orang tua, leluhur yang paling tua dari semua eksistensi kehidupan di bumi. Gunung menghasilkan air, udara bersih, tanah subur, dan mengantar api dari inti bumi mendekat ke permukaan, sehingga memungkinkan terjadinya kehidupan yang terpelihara di muka bumi.
 

Upacara ini diadakan di Gunung Tangkuban Parahu, dan dikawitan di wilayah Gunung Jayagiri sebagai tempat yang dianggap lebih tua. Kesadaran akan cinta kasih yang ditunjukan oleh “Sang Kabuyutan” menjadikan leluhur kita sangat mensucikan gunung tersebut. Tidak boleh ada pemungutan pajak disana karena merupakan tempat bagi warga yang sangat taat akan dharma dan berbudi pekerti, rajin memelihara tempat bersemayam para dewa dan semua leluhur yang disucikan, atau yang taat menjalankan “Agama” (Prasasti kabantenan). Saat itulah, Ngertakeun Bumi Lamba menjadi nyata, dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Pesan cinta kasih terus diwariskan oleh leluhur kita melalui kebiasaan-kebiasaan dan ajarannya. Karena Alam sebagai Guru kehidupan menunjukan cinta kasih dengan menjadikan kita hidup dalam kecukupan, oleh karenanya manusia harus membalas cinta kasih itu kepada alam dan sesama, hal inilah yang menjadi dasar Ngertakeun Bumi Lamba.

Upacara ini terbuka untuk siapa saja yang merasa ingin terlibat dan hadir turut serta. Para peserta hendaknya menggunakan pakaian adat masing masing. Kami penyelenggara akan sangat bahagia bila para peserta membawa persembahan simbolik berupa “sesajen” yang menjadi ciri adat budaya masing masing, baik pribadi ataupun komunitas adat budayanya

Semoga Tahun ini kita diberi kesempatan bersama dalam perjamuan suci ini, dengan penuh rasa bersyukur dan bahagia. Dan kemudian menghasilkan kebaikan yang besar dan luas untuk seluruh kehidupan di dunia ini.

Penyelenggara

Rahayu….(red) 

Posting Komentar

0 Komentar